Friday, June 29, 2012

Niat

Ada dua tipe niat ketika memberikan uang kepada pengamen: sebagai apresiasi, atau agar ia cepat pergi.

Fragmen #1
Di atas sebuah bus kota,
Pengamen: Selamat siang Bapak Ibu Mbak Mas Adek sekalian.. jrengg… (dan mengalirlah lagu Galang Rambu Anarki-nya Iwan Fals yang digubah dengan keren sekali)
Penumpang: (berbisik-bisik) (membuka dompet) (mengeluarkan lembaran rupiah tanpa ragu)

Fragmen #2
A dan B sedang makan di sebuah warung kaki lima pinggir jalan,
Pengamen: Halo maaass, werewerewerewrer (nggak jelas lagu apa yang kemudian dinyanyikan). Masnya ganteng deehh… (mulai berkeliling sambil sesekali colek-colek)
A: Punya receh?
B: Nggak, buat apa?
A: Itu (mengedikkan bahu ke arah sang pengamen, tanpa melirik sama sekali). Biar cepet pergi.
B: Hahaha, yaudah sih, nggak usah dikasih.
A: Nggak pergi-pergi dia nanti, serem tau (dengan rona wajah pasi).

Mengamen, murni menjual daya tarik suara dan permainan alat musik, atau eufimisme dari pekerjaan mengemis?


Yogyakarta, 29 Juni 2012
teringat seorang teman yang trauma dicolek-colek ‘pengamen’, hahaha.

1 comment:

  1. aku suka yang terakhir... eufimisme dari pekerjaan mengemis. ahahaha. bisa juga itu. ^^b

    ReplyDelete