Sunday, October 16, 2011

[12 Hari Menggeje di Bosnia] Identitas: Indonesia!

Terlepas dari ekspresi ngehe saya kalau masih ada orang yang pernah mencecap bangku kuliah tetapi masih bertanya Bosnia itu di mana, tidak bisa dipungkiri, tempat itu memang terbilang jauh dari Indonesia. Bukan hanya jauh secara geografis (berbeda 5 jam zona waktu, sekitar 14 jam penerbangan), tetapi juga jauh secara kultural dan ras, secara identitas.

Berlokasi di belahan timur benua Eropa, mayoritas orang yang menempati negara pecahan Yugoslavia itu adalah ras kaukasid. Bukan bermaksud rasis, tetapi konstruksi tulang wajah saya yang Mongoloid sekali ini jadi tampak mencolok di sana. Setiap saya lewat, orang-orang di jalan dipastikan tidak bisa tidak menengok. Jangankan sesama pejalan kaki, pengendara mobil pun begitu. Saya sampai khawatir akan terjadi kecelakaan gara-gara pengendara mobil tersebut malah memutar kepalanya ke arah saya dibanding melihat jalan, hahaha. Jadi berasa artis :p

Bukan hanya menarik perhatian di jalan, saya juga jadi ‘terkenal’ di motel tempat saya menginap. Setiap kali saya berpapasan atau satu lift dengan entah siapapun ―tamu motel selain tim kami maupun petugas motel, orang itu pasti akan menyempatkan waktu beberapa jenak berhenti mengamati saya dan berujar takjub, “Aah.. You must be Salsa from Indonesia!” Dan saya (lagi-lagi) berasa jadi artis, huahahaha.

Soal kebangsaan, ketika berkenalan pertama kali, tidak ada orang yang langsung menebak bahwa saya orang Indonesia. Mungkin karena Indonesia memang terhitung asing bagi orang-orang di sana. Sebagian besar hanya tahu ada negara bernama Indonesia, tapi tidak tahu negara itu seperti apa, dan ada di belahan bumi mana. Kurang-lebih sama lah seperti kalau menyebut Bosnia di Indonesia. Berkali-kali saya dikira orang Malaysia, bahkan pernah sekali ada yang mengira saya orang India -,-

Ada beberapa kejadian kocak tetapi menohok terkait masalah ke-Indonesia-an ini. Saat sedang berbincang dengan beberapa orang di tim, tiba-tiba ada seseorang yang nyeletuk, “Oh yeah, have you ever met Thea? She had just traveled to Maluku. Is it far from Indonesia?” Pertanyaan ringan itu mau tak mau membuat saya terhenyak. Eh? Maluku kan bagian dari Indonesia :|

Kali lain, saya bertemu dengan serombongan pemuda dari London yang mengisi liburan musim panasnya kali ini dengan bersepeda keliling Eropa, dan sekarang sedang sampai di Bosnia. Ketika saya menjawab bahwa saya dari Indonesia, mereka menanggapi dengan sangat bersemangat dan wajah berbinar-binar, “Ah, so you are from Indonesia? I like Gamelan, you know? It sounds great! Can you play it?” Dan saya cuma bisa cengar-cengir geje ―karena pada kenyataannya saya nggak bisa main gamelan. Jadi malu setengah hidup >,<

Salah satu great moment saya selama 12 hari di Bosnia adalah ketika berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Sarajevo. Mendengar lagi bahasa ibu saya dalam percakapan setelah berhari-hari berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan mendengar geremengan berbagai bahasa asing lainnya membuat saya merasa pulang. Bertemu dengan orang-orang KBRI yang ramah dan menyambut dengan antusias, rasanya seperti mendapat keluarga baru. Berkat mereka, saya bisa kembali ke Indonesia tepat waktu dan tidak tertahan di bandara Sarajevo. Kalau sebelumnya tidak berkunjung ke KBRI, saya tidak bisa membayangkan akan seperti apa panik dan kalutnya saya saat itu. Saya masih ingat betul apa yang dikatakan salah satu staf KBRI ketika menelepon saya di ruang tunggu bandara, “Yang penting kamu sampai Indonesia dengan selamat. Masalah yang di sini, biar KBRI yang ngurus. Santai aja, sesama orang Indonesia kan keluarga.” :’)

Begitulah. Di negeri asing yang berjarak ribuan kilometer jauhnya ini, saya justru baru menyadari berbagai hal soal ke-Indonesia-an saya :)


P.s:
Maafkan saya yang dengan tidak tahu dirinya baru melanjutkan catatan ini setelah lewat berbulan-bulan lamanya *melirik tanggal saya membuat prolognya -,-. Semoga fragmen-fragmen berikutnya soal petualangan geje saya di Bosnia tidak tersendat selama ini lagi, haha.
Special thanks untuk orang-orang di KBRI yang benar-benar banyak membantu saya selama di sana. Terima kasih untuk Mbak Retno, yang menemani saya muter-muter dan mentraktir berbagai macam penganan khas sana, juga memberi saya tumpangan menginap dan memasakkan gulai ayam yang enaaak~ hehe :D
Untuk teman-teman yang akan atau ingin ke luar negeri, sempatkanlah waktu untuk berkunjung ke KBRI di sana. Trust me, it worths!

Yogyakarta, 15 Oktober 2011

Di sana ada Masjid Istiqlal Indonesia lho~

Dzamija Istiklal - Indonezanska Dzamija